Lama Baca 4 Menit

Pekan Imunisasi Dunia, Momentum Edukasi Vaksinasi COVID-19

27 April 2021, 11:11 WIB

Pekan Imunisasi Dunia, Momentum Edukasi Vaksinasi COVID-19-Image-1

Imunisasi - Image from kompas

Bolong.id - Setiap pekan keempat April, diperingati sebagai Pekan Imunisasi Dunia atau World Immunization Week. Indonesia termasuk salah satu di antara 180 negara anggota Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yang turut memperingatinya.

Pekan Imunisasi Dunia kali ini diharapkan menjadi momentum yang tepat untuk mendorong kelompok masyarakat lanjut usia (lansia) untuk melindungi diri dari COVID-19 dengan cara divaksinasi.

"Dari sekitar 21 sampai 22 juta lansia di Indonesia perlu diinformasikan mengenai vaksinasi COVID-19 gratis ini. Pengurus RT/RW, relawan, harus mendatangi rumah-rumah lansia dan menjelaskan manfaat vaksinasi COVID-19 serta dibantu ke lokasi vaksinasi terdekat," ujar dokter spesialis anak Soedjatmiko, yang juga Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), seperti dikutip Antara.

Terlepas dari itu, peringatan ini diharapkan menjadi upaya mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya vaksinasi untuk membentuk imun.

"Memang penting bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk menjelaskan kembali manfaat vaksin ini untuk apa sehingga dengan begitu orang tua tidak sekadar menganggap imunisasi sebagai rutinitas semata, tapi juga dapat teredukasi dengan baik," katanya lebih lanjut.

Soedjatmiko mencontohkan vaksin BCG untuk mencegah radang paru dan radang otak karena Tuberkulosis, DPT untuk mencegah penyakit difteri yang menyebabkan radang tenggorokan dan otot jantung, vaksin tetanus untuk mencegah radang otot sehingga sulit bernapas.

Dampak jangka panjang apabila anak-anak Indonesia kurang lengkap dalam memperoleh imunisasi adalah berisiko terserang penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dicegah.

"Setelah terserang penyakit tersebut, pasien dapat dirawat di rumah sakit, bahkan bisa cacat meskipun sudah sembuh. Paling buruk berakhir pada risiko kematian," ujar Soedjatmiko.

Bagi mereka yang sudah divaksinasi pun berisiko untuk terpapar penyakit, meskipun gejalanya jauh lebih ringan dan tidak berbahaya bagi yang sudah divaksinasi.

"Kesimpulannya, bagi yang memiliki bayi, balita, anak-anak, dan remaja, segera lengkapi vaksinasinya. Kalaupun catatannya hilang, divaksinasi dua kali pun tidak apa-apa," kata dia.

Hal yang paling tidak diinginkan tenaga kesehatan adalah merebaknya wabah penyakit baru seperti wabah campak, di saat masyarakat masih berjuang melawan pandemi COVID-19.

"Betapa itu akan merepotkan dan sedihnya kita sebagai orang tua melihat anak-anak kita jatuh sakit, masuk rumah sakit dan beresiko kecacatan ataupun kematian," katanya.

Soedjatmiko kemudian berpesan kepada seluruh masyarakat agar berperan aktif mengingatkan para orang tua, bayi, balita, anak-anak, dan remaja, serta mengomunikasikan manfaat vaksinasi atau imunisasi rutin yang jauh lebih besar daripada isu-isu negatif seputar vaksinasi.

"Sekitar 22 juta anak Indonesia diimunisasi tiap tahun dan tidak ada masalah. Imunisasi itu aman dan bermanfaat. Untuk itu, segera lengkapi imunisasi bagi yang belum lengkap," katanya. (*)


Informasi Seputar Tiongkok